Selasa, 08 Maret 2016

FRAGMENT 5

TO THOSE WHO I LOVE, CALLED BEST FRIEND 

Hai, kalian.. 
Apa kabar? 
Sudah berapa lama kita tidak berbagi tawa dan canda? 
Sudah berapa lama kita tidak ngobrol sekadar ngalor ngidul nggak jelas? 
Lama.. 
Buatku sudah sangat lama kita tidak melakukan itu semua, bersama. 
Aku kangen. 
Kangen kalian. 
Kangen kita. 

FRAGMENT 4

A LITTLE CORNY NOTE FOR MY NEXT LOVER

Untuk kamu yang akan datang, bukannya saya menilaimu. kenal saja, saya belum.
Pastikan saja jika kamu tidak ingin tersakiti maka jangan terlalu sayang kepadaku.
Pastikan saja jika kamu tidak ingin melihat saya tersakiti maka jangan buat saya terlalu sayang kamu.
Kenapa selalu begitu?

FRAGMENT 3

HAPPY-SAD ADOLESCENT

Berbicara masa remaja...hahaha...ini masa labil-labilnya aku dalam menjalani kehidupan, walau kalau dibandingin sekarang juga kayaknya masih aja kelabilan itu tetap menempel mengikuti ke mana kaki ini melangkah. Walau labil, kehidupanku di masa kecil hingga remaja sangat-sangat bahagia. Aku tidak kekurangan apapun, orang tua masih komplit, 2 kakak yang nggak neko-neko, punya 2 anjing lucu dan menggemaskan, dan keadaan ekonomi keluarga yang bisa dibilang berkecukupan, sehingga apapun yang aku minta, kedua orang tuaku tidak perlu berpuasa selama sebulan untuk bisa menuruti keinginanku. Ditambah keluargaku ini sangatlah hobi traveling, jadi ingat, waktu aku kecil sudah berapa tempat, kota, dan pulau yang kami singgahi untuk sekedar berekreasi di sana. Ya, semua terasa bahagia dan berjalan mulus-mulus saja. Tidak ada rintangan yang berarti, semuanya baik-baik saja seakan kehidupan aku dan keluargaku itu ditakdirkan untuk terus berbahagia, tak ada satupun yang membuat kebahagiaan keluarga ini pudar. Kami keluarga yang amat sangat bahagia dan sejahtera. 

FRAGMENT 2

NOT SO PATHETIC CHILDHOOD

Damn! saya gagal bersih-bersih isi lemari. Memalukan memang menerima kenyataan bahwa selembar foto yang tidak sengaja ditemukan di laci lemari pakaian mampu menghambat produktivitas seorang laki-laki berumur 22 tahun. 
Foto itu, entah kapan momen itu tertangkap oleh kamera. bahkan di foto itu saya tidak menatap ke arah kamera, Ayah-Ibu ku tertawa bahagia menatap kamera, mengapitku yang berumur entah 5 atau 6 tahun terduduk di tengah-tengah. Kakak perempuanku juga tertawa, duduk di sandaran sofa di samping Ibuku. Saya bahagia, Saya bahagia mengingat Saya pernah bahagia bersama keluarga kecilku. Sampai ingatan itu datang.

FRAGMENT 1

OUR LIFE ?

Jadi gini...
setelah 22 tahun hidup dan hampir 12 tahun mengenal Blog, akhirnya saya menyerah untuk menolak ajakan "berkeluh kesah" di Media ini. saya butuh tempat curhat selain di atas sajadah, dan siapa lagi pendengar  paling Mutakhir selain Tuhan, kecuali diri sendiri? akan banyak sekali pertanyaan nantinya, yang mungkin bisa terjawab oleh kemampuan saya untuk menjawab atau kemampuan saya untuk bersabar menunggu jawaban.
Mungkin semua ini harus diawali dengan the big questions of all time. pertanyaan mainstream seluruh umat yang belum menemukan kebahagiaan dalam dirinya. untuk apa saya hidup? apa tujuannya? ini beneran hidup saya? yakin nggak ketuker? jangan-jangan ketuker sama tukang pecel keliling?
Pertanyaan-pertanyaan itu jelas menunjukan betapa tidak bersyukurnya Manusia, betapa gemarnya Manusia berkutat dengan drama. Atau setidaknya betapa tidak bersyukurnya saya dan betapa saya sesungguhnya adalah pengemar drama hidup sejati.
Ini bukan Blog motivasi. ini catatan kesombongan diri. Ini pertanyaan yang harus saya jawab sendiri. Ini proses yang sesungguhnya manis namun saya buat pahit dalam rangka pembelajaran diri yang tidak berkesudahan. saya butuh ditampar! Bukan, bukan oleh kalian. Tapi oleh tangan saya sendiri. tapi syukur-syukur jika kalian yang membaca mendapatkan secercah harapan dari celoteh keluhan yang tentu saja tidak bisa kalian rasakan betul-betul. saya bakal ikut senang.
Oh iya, mengenai the big question di atas, saya belum tahu jawabannya, mungkin akan terjawab di Fragmen-fragmen selanjutnya. Tapi jika saya ditanya "apa yang kamu inginkan dalam hidup ini?" selain bernafas, saya ingin jadi orang baik. menjadi orang baik itu tidak mudah, belakangan saya tahu kenapa itu tidak mudah. selain baik-buruk menyangkut masalah persepsi, menjadi baik bukanlah sebuah pilihan melainkan sebuah keharusan, dan setahu saya keharusan bersifat wajib, dan segala sesuatu yang wajib membutuhkan ke-ikhlasan untuk menjalaninya. seperti saya ikhlas untuk bernafas.